SERI MAYANGSARI

Kesenian Kuda Kepang & Tarian Jawa. Bertempat di Singapura. Mengadakan latihan mingguan di Balai Raykat Ayer Rajah. Sebarang pertanyaan atau tempahan amatlah dialu-alukan. "Goreng Pisang Goreng Keledek. Kuda Kepang Pandai Gelek."

Monday, June 26, 2006

REOG PONOROGO

Reog Ponorogo adalah salah satu tarian Jawa yang sarat dengan keunikkan berunsur mistik dan magik karena ia adalah ungkapan dari kepercayaan animisme dan mistik.

Reog Ponorogo difahami berasal dari zaman kabupaten Kediri dibawah pemerintahan raja AirLangga ia itu ditahun 1045-1222.

Cerita reog yang terkandung di dalam reog ponorogo mengambil kisah Panji. Ceritanya berkisar tentang perjalanan Prabu Kelana Sewandana mencari gadis pujaannya, ditemani prajurit berkuda dan patihnya yang setia, 'Bujangganong'. Reog Ponorogo diolah untuk menggambarkan prosesi 'prajurit berkuda Ponorogo' (diwakili Kuda Kepang) dipimpin senopati 'Bujangganong' (diwakili penari topeng) untuk melamar putri Kediri, Dewi Sanggalangit. Dalam perjalanan pulang rombongan dihadang 'Singabarong' (diwakili Barongan) dan tentera harimaunya. Pertempuran akhirnya dimenangi oleh prajurit Ponorogo.

Reog Ponorogo secara sosial merupakan kewujudan dari usaha untuk menyatukan budaya Keraton dan budaya Pedesaan, ini terlihat dari penggunaan instrumen gabungan yang berasal dari Keraton dan Desa, juga kepala Harimau menggambarkan elit kekuasaan sedangkan Merak menggambarkan rakyat.


Penari barongan yang disebut 'Warok' juga melambangkan kekuasaan sedangkan rakyat Desa digambarkan
dalam 'Penari Kuda Kepang' yang halus.

Reog Ponorogo sudah dibawa keluar dari Ponorogo oleh orang-orang Ponorogo yang merantau keluar daerahnya. Ini terbukti dengan munculnya banyak variasi dari penampilan grup-grup reog yang ada sekarang. Lebih-lebih lagi dizaman dan kecanggihan yang ada sekarang ini, kebanyakkan gerak langkah dan tari sudah berbeza namun tujuan, misi, dan panggilan nya tetap sama... REOG PONOROGO.


Quote by anonimous:
"Reog ponorogo boleh ada di mana-mana, namun hanya Kabupaten Ponorogo-lah pusat reog ponorogo."

Tuesday, June 20, 2006

Heran...


Tak faham... Sungguh aku tak mengerti...

Kenapa orang selalu berkata yang permainan kuda kepang ini syirik? Terutama sekali yang bersangkutan dengan menurun.

Kesenian Jawa ini yang suatu ketika dulu amat diminati dan dianggap kesenian yang tinggi oleh masyarakat setempat, semakin lama semakin dilupai. Ia seperti semakin luput di zaman kemodenan ini. Kenapa agaknya eh...

Kebanyakkan ibu-bapa sekarang tidak mahu membenarkan anak-anak mereka menyertai kumpulan kuda kepang. Alasan mereka, "Melanggar akidah Islam!"

Tapi... cubalah kita amati betul-betul...
Pernah tak kalian nampak anak-anak bangsa Melayu kita bermain Tarian Naga Cina, menganggotai band untuk perarakkan kematian Cina dan lain-lain lagi? Tentu pernah kan? Is that OK? Adakah itu dikira tidak bertengtangan?

Apabila diketahui bahawa disesuatu majlis itu ada pertunjukkan Kuda Kepang, mesti disekeliling kawasan itu penuh dengan penonton. Yang diundang untuk majlis itu dan juga yang tidak menerima undangan, semua datang. Ada yg duduk di tangga blok, ada yang sedang menyangkung dan ada pulak yang siap bawa tikar mengkuang galaknya macam nak pergi berkelah di tepi pantai pulak! Ada juga yang sanggup berdiri sampai berjam-jam semata-mata hanya untuk menyaksiakan persembahan menurun yang disajikan oleh kumpulan kuda-kepang itu.


Jadi... soalan yang ingin diutarakan ialah...

i.) Jika dikatakan permainan kuda kepang itu syirik, kenapakah anda turut
menyaksikannya? Ikut terkejar-kejar kemana saja si pemain kuda tu pergi. Pelik eh...

ii.) Mengapakah ibu-bapa tidak membenarkan anak-anak mereka menyertai kupulan k
uda kepang tapi mereka tidak keberatan jika anak-anak mereka memasuki kegiatan lain seperti Tarian Naga Cina.

iii.) Tidakkah anda terfikir, daripada anak-anak muda kita tu hanyut dibawa arus
keburukkan seperti yang kita saksikan didalam drama berseri HANYUT, bukankah lebih baik jika mereka mempunyai kegiatan untuk mengisi masa lapang mereka itu?

Heran...

Cuba beri komen sikit...

Wednesday, June 14, 2006

Tarian Serimpi persembahan Seri Mayangsari


Seni tari adalah sebuah karya seni. Tari dalam ruang tata lingkup seni akan memancarkan warna para pencinta dan penciptanya, sebagai pengalaman jasmani dan rohani yang akan menyentuh perasaan manusia yang memahami erti disebalik tari yang dipersembahkan dihadapan mata.

Seperti yang kita ketahui, bahawa substansi baku dari tari adalah gerak, tetapi kerana tari itu adalah seni, maka gerak itu bukanlah gerak sehari-hari atau gerak sebagaimana layaknya manusia hidup yang dapat bergerak akan tetapi, gerakkan tari adalah gerak yang diproses sedemikian rupa sehingga mampu menggugah perasaan manusia. Ia distilisasi, dipehalusi dan diperindahkan lagi sehingga melahirkan gerak yang melodis, cantik dan indah.

Di Indonesia, gerak tari dibahagikan kepada 3 kategori. TARI UPACARA, TARI HIBURAN & TARI PERTUNJUKKAN.

Tarian Serimpi pula dikategorikan sebagai TARI PERTUNJUKKAN. Ia juga merupakan sejenis tarian kraton yang tentunya dianggap sebagai tarian yang sangat sakral pada setiap persembahkan untuk upacara di raja. Contohnya, ia dipersembahkan semasa hari penobatan diraja, kelahiran putri mahkota dan juga perkahwinan di raja kraton.

Bukan sembarangan orang diberi penghormatan untuk mempelajari tarian serimpi. Ini adalah kerana tari serimpi biasanya bersembunyi di dalam lingkungan gerbang-gerbang dan tembok-tembok tinggi istana atau kraton. Hanya beberapa gadis cantik saja yang terpilih untuk diajari gerak tari ini dan mereka akan selalu dijaga dilingkungan istana. Apabila para penari diperintahkan oleh raja untuk menari, mereka harus melakukannya dengan segera dihadapan raja mahupun para tetamu raja.

Tuesday, June 13, 2006

What is Gamelan?




Gamelan plays an important role in the performance of Kuda Kepang. Without Gamelan, Kuda Kepang cannot function and won't be complete.

So, what actually is Gamelan? Gamelan music is a communal art form; playing the music requires a strong sense of rhythm and attention to the music of the whole group. Javanese gamelan does not stress virtuosic displays of musical talent.

Gamelan are musical instruments made of brass, iron, or bronze (bronze instruments generally have the best sound). A typical ensemble also has drums, wooden bar percussion instruments, plucked string instruments, bowed string instruments. It comes in various types, shapes and sizes. It consists of... drums also known as kendhang (ageng, wayangan, ciblon, ketipung), celempung(zither), Saron (demung, barung, peking), gongs, tabla, bamboo flutes and often a few other instruments. There are also the bonang (barung & panerus), family of horizontally placed kettle-like gongs, which gave out a wonderful music when knocked with the ‘knocker’.

The Gamelan is known in all part of Indonesia particularly southern Sumatra to Sulawesi, Kalimantan to Bali.

A set of Gamelan is a whole entity, one cannot play instruments of different sets together (because of tuning variations) and one cannot simply play one instrument and get a sense of Javanese gamelan music. Traditionally in Java, Gamelan sets have even been thought of to have a spirit of their own.

To some people ears, the music from Gamelan may sounds very different from "normal" music. Instead of minor and major scales or laras , they will hear music in two scales; sléndro and pélog.

To some Westerners with a deeply rooted sense of pitch, gamelan music may seem "out of tune," in fact, even the instruments of different Gamelan ensembles do not share exactly the same intervallic scale structure. This variety lends a character to each Gamelan set and many Gamelan are named to reflect their character.

Gamelan music in Java has had a much longer, richer tradition of percussion music than Western music has had.

Beside the normal music compose for the Kuda Kepang dances, Gamelan can also be use to play any type of songs for example the evergreen folk song of Lenggang Kangkong as well as Geylang Si Paku Geylang.

Monday, June 12, 2006

Seri Mayangsari & Aaron Aziz

Free Image Hosting at ImageShack.us Posing with Aaron Aziz during 1 of our show @ Woodlands Open Field.

Kuda Kepang...


Kesenian Kuda Kepang atau Kuda Lumping, adalah sebuah tarian kepahlawanan yang berasal dari tanah Jawa Indonesia. Ia amat diminati dan dikagumi oleh orang-orang disana hingga ke hari ini. Bila Kuda Kepang ini dimulakan, tiada siapa yang tahu. Kononya, Kuda Kepang dicipta sempena dengan usaha Wali Songo yang bermaksud Sembilan Wali untuk menyebarkan agama Islam ke kampung-kampung pendalaman. Pada ketika itu, mereka menaiki kuda sebagai cara pengangkutan mereka.

Permainan yang mencerminkan perjuangan didalam peperangan ini telah disebarkan oleh rakyat Indonesia yang berasal dari Jawa ke Tanah Melayu contohnya di Malaysia dan Singapura ketika mereka bermaustatin ke sini. Kesenian yang lebih banyak menekankan pada kekuatan supernatural dan mistik ini, kini berkembang hanya sebagai bentuk hiburan di majlis-majlis keramaian contohnya di majlis perkahwinan, majlis berkhatan dan sebagainya.

Pengaruh Jawa didalam permainan ini dapat dilihat dengan ketara pada pakaian dan perhiasan diri yang dipakai oleh penari-penari lelaki dan wanita. Contohnya, mereka memakai selendang, bengkong, brangkon dan lain-lain lagi. Mereka menari mengikut irama bunyian dari pada alat-alat Gamelan atau juga dikenali sebagai Karawitan dan menunggani kuda-kuda buatan buluh dan papan.

Alat-alat Karawitan atau pun Gamelan yang menghasilkan bunyi-bunyian merdu untuk permainan Kuda Kepang ini terdiri daripada Saron, Bonang, Kendang, Goong dan lain-lain lagi. Ia biasanya diperbuat daripada logam, bamboo, kulit, kayu dan sebagainya. Gamelan bukan saja dapat mengiringi permainan Kuda Kepang bahkan kita juga boleh menghasilkan lagu-lagu rakyat kita contohnya lagu Geylang Si Paku Geylang dan Lenggang Kangkong.

Selain daripada tarian kuda yang juga dikenali sebagai tarian Kiprah, Kuda Kepang juga mengandungi tarian menggempur dan tariaN serimpi yang biasa dipersembahkan semasa upacara diraja atau dikraton.

Seri Mayangsari pula telah ditubuhkan pada tahun 1990 oleh seorang lelaki keturunan Jawa iaitu Allahyarham Lek Matob. Buat masa ini, Seri Mayangsari dianggotai oleh 30 orang ahli lelaki dan wanita yang berumur diantara 10 hingga 45 tahun. Matlamat kumpulan kami adalah untuk memperkenalkan dan memperjuangkan kesenian ini kepada generasi muda kita agar seni ini tidak luput ditelan zaman kemodenan.